kereta-api

Kereta Api Batavia sampai Surabaya: Penghubung Dua Kota Besar

  • Published
  • Posted in Cerita Lama
  • 5 mins read

Di masa kolonial, kehadiran kereta api Batavia – Surabaya dapat memotong waktu perjalanan dari satu kota ke kota lain. Sebelum kereta api muncul, berpergian dari Jakarta (Batavia) menuju ke Surabaya membutuhkan waktu 3 sampai 4 hari melalui jalan raya.

Sebelum Jalan Raya Pos hadir, perjalanan Batavia – Surabaya membutuhkan waktu sekitar sebulan, seperti yang ditulis dalam Ekspedisi Anjer-Panaroekan: Laporan Jurnalistik Kompas (2008). Itupun dengan catatan perjalanannya dilakukan saat musim kemarau. Waktu tempuh bisa memakan waktu yang lebih lama bila perjalanan dilakukan di musim hujan. Kondisi tersebut membuat kebutuhan transportasi yang lebih cepat antara Batavia – Surabaya dibutuhkan.

Kereta Api Batavia – Surabaya

Kereta api menjadi jawaban yang diwujudkan oleh Pemerintah Hindia Belanda saat itu. Setelah pembangunan jalur pertama antara Semarang – Tanggung mulai digunakan pada 10 Agustus 1867, jaringan kereta api mulai menghubungkan kota-kota yang ada di Hindia Belanda, utamanya di Jawa dan Sumatera. Setelah makin berkembang, kereta api tidak hanya digunakan sebagai sarana pengangkutan produk-produk hasil bumi, tapi juga digunakan sebagai sarana tranportasi bagi masyarakat di Hindia Belanda.

Batavia – Surabaya kemudian terhubung dengan jaringan kereta api sejak November 1894. Adapun kota-kota yang dilewati jalur antara Batavia – Surabaya berada di sebelah selatan Jawa. Dari Batavia, kereta api harus melewati Buitenzorg, Cianjur, Bandung, Tasikmalaya, Maos, kemudian Yogyakarta, Madiun, dan Surabaya.

Pemerintah membangun jalur dari dari Batavia dengan melewati kota-kota tersebut karena banyaknya jumlah penduduk yang berpotensi menjadi penumpang dan daerahnya yang subur seperti yang ditulis oleh Agus Mulyana dalam Sejarah Kereta Api di Priangan (2017).

Melalui jalur ini, Batavia – Surabaya ditempuh dalam waktu dua hari. Perjalanan membutuhkan waktu dua hari karena saat hari mulai gelap, kereta api diharuskan untuk berhenti di Stasiun Maos dan baru bisa melanjutkan perjalanan di keesokan harinya seperti yang ditulis dalam buku panduan wisata di Hindia Belanda yang diterbitkan Vereeniging Toeristenverkeer, Java the Wonderland (1900).

Kereta Api Batavia – Surabaya Ekspres Satu Hari

Di tahun 1913, Pemerintah Hindia Belanda mempunyai rencana untuk mengoperasikan kereta cepat yang menghubungkan Jawa bagian barat dan timur, tulis De Preanger Bode edisi 15 Februari 1913. Untuk dapat mewujudkan rencana tersebut,pemerintah melalui Staatsspoorwegen membangun jalur baru dari Karawang ke Padalarang (1906), Cikampek – Cirebon (1914), dan Cirebon – Kroya (1917).

Meskipun jalur antara Cikampek – Kroya selesai dibangun pada 1917, tetapi rencana pemerintah untuk mengoperasikan kereta cepat baru menjadi kenyataan pada bulan November 1929.

Staatsspoorwegen meluncurkan Eendaagsche Expres atau kereta ekspres satu hari pada 1 November 1929. SS meluncurkan Eendaagsche Expres karena sadar perlunya mempersingkat waktu perjalanan kereta api karena peranannya penting bagi kehidupan ekonomi di Jawa, seperti yang diwartakan Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indië edisi 10 Desember 1929.

Perjalanan perdana Eendaagsche Expres dirayakan dengan meriah baik dari stasiun keberangkatan di Stasiun Weltevreden (sekarang Gambir) hingga di stasiun tujuan di Surabaya tulis Nieuwe Apeldoornsche Courant edisi 2 November 1929.

kereta api batavia - surabaya
Eendaagsche Expres tiba di Stasiun Kroya dalam perjalanan perdananya. (sumber: Tropenmuseum)

Keunggulan Eendaagsche Expres

Selain jarak tempuh yang menjadi semakin cepat, rupanya Eendaagsche Expres ini juga dilengkapi dengan fasilitas nomor wahid yang dapat membuat nyaman para penumpangnya. Salah satu fasilitas yang membuat penumpang semakin betah berlama-lama dalam gerbong adalah gerbong dengan pendingin udara untuk kelas 1 dan 2 seperti yang ditulis oleh Achmad Sunjayadi dalam Pariwisata di Hindia-Belanda 1891-1942 (2019).

Gerbong ini sudah tentu akan membuat penumpang selalu merasa sejuk sepanjang perjalanan pada siang hari yang panas di Jawa, apalagi di tambah dengan kursi yang empuk, dan makanan-makanan enak di sepanjang perjalanan. Udara dingin dalam gerbong dihasilkan dari hembusan balok es yang tersedia dalam tiap rangkaian gerbong. Kereta ini berangkat dari Batavia dan Surabaya pada pagi hari dan tiba di tujuan pada malam hari.

Untuk dapat menikmati kenyamanan Eendaagsche Expres rute Batavia – Surabaya penumpang harus merogoh kocek 40,10 gulden untuk kelas 1, 27,70 gulden untuk kelas 2, dan 11,54 gulden untuk kelas 3. Sementara itu, untuk rute Bandung – Surabaya penumpang harus merogoh kocek 34,40 gulden untuk kelas 1, 23,90 untuk kelas 2, dan 10,28 untuk kelas 3. Harga di atas merupakan harga yang berlaku tahun 1931 sesuai yang tertera dalam Bataviaasch Nieuwsblad edisi 9 Desember 1931.

Penambahan Rute

Tak lama setelah beroperasi, SS menambah perjalanan Eendaagsche Expres dengan membuka rute Bandung – Surabaya vice versa. Per 1 Mei 1933, Eendaagsche Expres mempunyai jadwal perjalanan baru. Dari iklan di De Locomotief edisi 27 April 1933, diketahui dalam sehari SS memberangkatkan empat rangkaian Eendaagsche Expres, dua rangkaian Batavia – Surabaya dan sebaliknya satu rangkaian Bandung – Kroya dan satu rangkaian Surabaya – Bandung.

Untuk Eendaagsche Expres keberangkatan dari Bandung, setelah tiba di Stasiun Kroya akan digabungkan dengan rangkaian Eendaagsche Expres yang berangkat dari Batavia. Bahkan, pada Februari 1941, rute Eendaagsche Expres kembali diperpanjang oleh SS hingga ke Malang seperti yang diberitakan oleh Bataviaasch Nieuwsblad edisi 3 Februari 1941.

Promosi Eendaagsche Expres

SS amat serius mengenalkan Eendaagsche Expres. H.W. Ponder dalam Javanese Panorama, More Impressions of the 1930’s (1990) menjelaskan saat ia berkunjung ke Jawa pada 1930-an banyak melihat iklan-iklan soal Eendaagsche Expres saat berada di Jawa. Bahkan dalam satu iklan, SS menyebut layanan Eendaagsche Expres adalah yang terbaik diantara layanan perjalanan kereta api manapun di dunia.

Keunggulan lain dari layanan Eendaagsche Expres adalah pemandangan alam yang menakjubkan, tambah H.W. Ponder. Dalam satu waktu, ia pernah menggunakan Eendaagsche Expres dan duduk di kursi kelas 2.

Pada akhirnya, Eendaagsche Expres terus berjalan menyusuri rel sepanjang Batavia hingga Malang sampai Hindia Belanda jatuh ke tangan Jepang.

Bagaimana, Teman Cerita, kehadiran kereta api Batavia – Surabaya ini memiliki pengaruh yang begitu signifikan, bukan? Meskipun sudah ada pesawat terbang, tetapi melakukan perjalanan dengan menggunakan moda kereta api juga tak kalah seru, loh! Selamat menjelajah dengan kereta api!

Baca juga: Sejarah Lawang Sewu sebagai Penanda Kejayaan Kereta Api di Jawa Tengah.