Law of Attraction: Mitos dan Kaitannya dengan Filosofi Timur

  • Published
  • Posted in Budaya
  • 3 mins read

 

Teman Cerita, pernahkah kalian mendengar seseorang yang menyatakan bahwa pikiran memiliki kekuatan untuk mewujudkan berbagai keinginan? Pikiran yang positif akan mendatangkan hasil baik. Berlaku juga sebaliknya, pikiran negatif akan berakibat pada sesuatu yang tidak diharapkan. 

Prinsip ini dikenal dengan sebutan Law of Attraction. Law of attraction meyakini bahwa kita menarik apapun yang kita pikirkan. Hal ini terjadi karena setiap individu memiliki energinya masing-masing, baik energi positif maupun negatif. Seperti apa penjelasan lebih lanjutnya? Yuk simak artikel berikut ini ya.

 

Semenjak dipopulerkan melalui The Secret karya Rhonda Byrne, terma Law of Attraction menjadi populer. Menurut novel tersebut, manusia mulai memahami adanya Law of Attraction sejak tahun 3000 S.M. Mulai dari era Babilonia hingga masuk ke berbagai aliran kepercayaan. 

 

Berangkat dari jargon “kekuatan pikiran” sebagai upaya mewujudkan harapan dengan memfokuskan pikiran terhadap apa yang ingin dicapai, Law of Attraction menjadi akar dari kata-kata tersebut. Law of Attraction, yang sebenarnya tidak bisa disebut sebagai law juga karena tidak memiliki landasan saintifik, menjadi isu yang menarik jika dilihat dari berbagai sudut pandang.

Ajaran Filosofi Timur

Filosofi Timur yang terdiri dari berbagai macam ajaran seperti Hinduisme, Buddhisme, Taoisme, dan lainnya mengenal adanya karma. Karma adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dari masa ke masa, dapat berupa perbuatan baik maupun buruk. Karma sendiri diyakini memiliki hubungan erat dengan Law of Attraction.

Karma setiap manusia dibentuk dari pengalaman hidup masing-masing. Sehingga akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, karma juga dipercaya dapat memberi pengaruh terhadap masa depan. Hal ini disebabkan oleh energi yang kita miliki hari ini, akan berdampak pada perilaku kita di masa depan.


Jika dilihat dari penjelasan mengenai karma, terdapat kemiripan dengan Law of Attraction. Maka dari itu, para pegiat Law of Attraction juga mempercayai bahwa untuk meraih apa yang diinginkan, karma buruk perlu dibenahi terlebih dahulu. Memperbaiki karma negatif caranya juga beragam, salah satunya adalah dengan meditasi agar memperoleh ketenangan batin.

Pertentangan

Meskipun Law of Attraction diamini oleh banyak orang, tidak menutup kemungkinan akan adanya pertentangan. Terlebih basis dari Law of Attraction yang tidak rasional sehingga mudah sekali untuk dipatahkan.

Kelompok yang membantah mayoritas menganggap Law of Attraction sebagai sesuatu yang diciptakan untuk memberi dorongan psikologis pada masyarakat. Hal ini disebabkan pada sifat manusia yang cenderung senang mendapatkan validasi yang meyakinkan bahwa mereka akan berhasil.

Selain itu, ketika seorang individu meyakini bahwa mereka akan mendapat apa yang mereka harapkan dengan memfokuskan pikiran, secara tidak sadar akan terjadi perubahan-perubahan mikro yang dilakukan secara konsisten. Meskipun kecil, jika dilakukan terus menerus dampaknya menjadi besar. 

Tanpa disadari, orang lain juga mulai mengubah pandangannya menjadi lebih positif. Hal tersebut terjadi bukan dengan alasan magis. Melainkan mereka melihat kita sebagai individu yang percaya diri, energetik, dan menyenangkan.

Penyalahgunaan

Tidak hanya pendapatkan pertentangan. Law of Attraction ini juga rentan untuk disalahgunakan. Terlebih oleh orang-orang yang hanya memfokuskan pikirannya pada pencapaian yang bersifat materialistik. 

Selain hanya fokus pada hal yang bersifat materialistik, menentukan jangka waktu tertentu juga merupakan hal yang salah. Pada akhirnya, kita menjadi tergesa-gesa dan berakhir pada rasa kekecewaan.

Sayangnya, penyalahgunaan ini juga lazim dilakukan oleh para motivator. Mereka terus menerus menekankan pada “kekuatan pikiran” tanpa menyadarkan akan kemungkinan-kemungkinan lainnya yang bisa saja terjadi. Seakan pilihan terbaik yang sudah pasti terjadi.

Pada akhirnya, Law of Attraction adalah suatu hal yang bersifat abu-abu. Selama Teman Cerita selalu mensyukuri apa yang sudah dimiliki dan selalu memberikan usaha terbaik, tidak menutup kemungkinan cita-cita dapat tergapai.