Kalau lagi jalan ke Solo, jangan lupa mampir ke Museum Gula Colomadu. Museum ini menampilkan masa keemasan industri gula di masa Hindia Belanda yang terjadi pada 1930-an. Pada puncak keemasannya, produksi gula bisa mencapai hampir 3 juta ton per tahun. Dengan jumlah ini membuat Hindia Belanda menjadi produsen gula terbesar kedua di dunia loh.
Saat itu industri gula memiliki ratusan pabrik yang tersebar di pulau Jawa. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun ke arah timur pulau Jawa, karena daerah barat pulau Jawa dianggap kurang cocok dibuat perkebunan tebu. Soalnya, dulu ada penyakit sereh pada tanaman tebu di daerah barat Jawa yang membuat industri gula saat itu hampir kolaps.
Sebagian besar pemilik pabrik gula adalah perusahaan Eropa dan orang Tionghoa. Tapi, ada dua pabrik gula di Solo yang dimiliki oleh seorang raja Jawa, yaitu KGPAA Mangkunegara IV. Pabrik Gula itu adalah PG Tasikmadoe dan PG Tjolomadoe di Karanganyar. Sekarang, PG Tasikmadoe masih beroperasi sedangkan PG Tjolomadoe sudah jadi museum dan tempat wisata.
Sejarah Singkat PG Tjolomadoe
Setelah sukses ngembangin perkebunan kopi di Mangkunegaraan, KGPAA Mangkunegara IV berniat bikin pabrik gula karena prospek yang cerah alias bakal cuan. Ia menyiapkan lahan di Desa Krambilan sebelah utara Kartasura sebagai lokasi pabriknya. Pembangunan pabrik gula ditangani langsung oleh arsitek dari Jerman bernama R. Kampf yang nantinya jadi administratur pabrik.
Peletakan batu pertama dilakukan pada 8 Desember 1861. Pembangunan pabrik ini menghabiskan biaya 400.000 gulden (sebagai gambaran di tahun 1916, 40.000 gulden dapat membeli 5,6 kg emas). KGPAA Mangkunegara IV juga mendatangkan mesin-mesin dari Eropa untuk PG Tjolomadoe. Nama Colomadu berarti gunung madu, diharapkan pabrik ini bisa menghasilkan gula pasir yang banyak menyerupai gunung.
PG Tjolomadoe menarik perhatian banyak pihak, banyak tamu dari luar Solo yang ingin berkunjung. Bahkan dalam sebuah media massa saat itu PG Colomadu disebut sebagai salah satu pabrik termodern di Jawa.
Usaha penggilingan di PG Tjolomadoe cukup sukses. Di tahun pertamanya produksi PG Tjolomadoe atau sekarang dikenal pabrik gula colomadu menghasilkan 3,7 ton gula. Gula pasir ini dijual ke pasar lokal, Banda Neira dan Singapura.
Berkunjung ke Museum Gula De Tjolomadoe
De Tjolomadoe terletak di Jalan Adi Sucipto No. 1 Malangjiwan, Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Kira-kira 10 menit perjalanan menggunakan mobil dari Bandar Udara Adi Sumarno. De Tjolomadoe merupakan kompleks pabrik gula Colomadu yang dialihfungsikan menjadi kawasan wisata, dan pusat konvensi di Solo pada 2018.
Ketika memasuki kawasan De Tjolomadoe kita akan disambut oleh bangunan bekas pabrik gula yang sangat besar dan megah lengkap dengan cerobong asapnya. Selain menjadi pusat konvensi, De Tjolomadoe juga memiliki kafe, ritel, dan museum.
Museum Pabrik Gula Tjolomadoe menceritakan sejarah dan masa keemasan PG Colomadu. Museum ini buka pada hari Selasa-Minggu mulai pukul 11.00-18.00 (hari kerja) dan 11.00-20.00 (akhir pekan). Harga tiketnya pun sangat murah, hanya dengan membayar Rp35.000,00 pengunjung sudah bisa memasuki museum.
Saat memasuki museum, pengunjung akan disuguhkan pemandangan sebuah mesin penggilingan tebu yang ukurannya sangat besar. Selain itu, di ruangan ini juga diperlihatkan kondisi bangunan PG Colomadu sebelum direnovasi.
Tata pamer museum terkesan modern dengan didominasi warna abu-abu. Koleksi dan panil informasi disusun dengan sangat baik. Tata cahaya juga diatur sedemikian rupa sehingga pengunjung akan merasa nyaman saat melihat informasi yang disajikan.
Di museum ini kita diajak melihat sedikit sejarah industri gula di Hindia Belanda dan sejarah Pabrik Gula Colomadu. Ada pula barang peninggalan pabrik gula seperti mesin pengolahan lain dan beberapa struktur yang tersisa. Kita juga bisa melihat maket Pabrik Gula Colomadu lengkap dengan perkebunan tebu yang berada di sekitar pabrik. Selain itu ada pula koleksi memorabilia milik para karyawan PG Colomadu.
Selain disuguhkan sejarah, pengunjung juga bisa melihat instalasi seni yang ada di dalam museum dan berswafoto. Setelah menelusuri museum, kita bisa beristirahat di Besali Cafe atau membeli buah tangan di toko oleh-oleh.
Panil Pengiriman Gula dan Tebu ke Thailand
Ada hal yang menarik dalam panil yang disajikan di Museum Gula De Tjolomadoe. Pada 1928 tercacat Kerajaan Thailand memesan gula dan tebu. Dalam sekali perjalanan, angkutan kapal mampu membawa 24.686 ton gula ke Thailand. Kerajaan Thailand juga sudah menyiapkan lahan seluas kurang lebih 2.000 kilometer untuk lahan tebu yang dikirim dari Jawa.
Koleksi menarik lainnya adalah foto tentang kasus pencurian tebu di lahan milik PG Colomadu yang dilakukan oleh warga setempat, dan pencurian rel lori dengan cara memotong rel dengan gergaji besi.
Di museum ini ditampilkan juga beberapa kegiatan karyawan PG Colomadu seperti olimpiade olahraga, pelatihan pekerja, dan upacara Cembrengan yang dilakukan sebelum musim giling tiba.
Berkunjung ke Museum Gula Colomadu bisa mengubah pandangan kita tentang museum yang terkesan kuno, gelap, atau seram. Walaupun museum ini menempati bangunan lama yang usianya lebih dari 100 tahun, kesan itu tidak kita temukan di sini.
Tertarik berkunjung ke Museum Gula Colomadu? Jangan lupa ajak pasangan atau keluarga ya, karena banyak spot foto yang menarik buat dicoba di sini!