Teman cerita, nama Colomadu sempat hangat diperbincangkan pada 2018 ketika David Poster dkk mengadakan konser bertajuk “Hitman David Foster and Friends” di kawasan bekas pabrik gula Colomadu. Setahun sebelumnya, pemerintah melalui BUMN mengalihfungsikan kawasan pabrik ini menjadi pusat konvensi dan museum.
Pabrik Gula Colomadu (selanjutnya disingkat PG Colomadu) punya sejarah yang panjang dan menarik untuk kita bahas bersama.
Pabrik Gula Pertama Milik Raja Jawa

sumber: KITLV
PG Colomadu berbeda dengan pabrik gula yang ada pada masa itu. Jika kebanyakan pabrik dimiliki oleh orang Eropa dan Tionghoa, pabrik ini dimiliki oleh raja Jawa KGPAA Mangkunegara IV dari Puro Mangkunegaraan. Pembangunan pabrik ini didasari insting bisnis Mangkunegara IV yang melihat prospek industri gula akan cerah di kemudian hari.
Pabrik ini berlokasi di Desa Krambilan, Distrik Malang Jiwan, di sebelah utara Kertasura. Wilayah ini dipilih karena tanahnya yang subur dan sumber air yang mencukupi. Setelah mendapatkan persetujuan dari Residen Surakarta kala itu, Mangkunegara IV mulai mempersiapkan pembangunan pabrik.
Pabrik mulai dibangun pada 8 Desember 1861 dengan arsiteknya R. Kampf dari Jerman. KGPAA mangkunegara IV juga sengaja mendatangkan mesin-mesin pengolahan tebu dari Eropa. Menurut catatan, pembangunan PG Colomadu menghabiskan dana sebesar f400.000 (sebagai gambaran pada tahun 1916, f40.000 dapat membeli 5,6 kg emas).
Colomadu berarti Gunung Madu

sumber: KITLV
Sebagai orang Jawa, Mangkunegara IV juga sangat filosofis. Ia memberi nama pabriknya Colomadu yang berarti gunung madu. Ia berharap pabrik ini dapat menghasilkan gula (kekayaan) yang sangat banyak hingga menyerupai gunung.
Dua tahun kemudian PG Colomadu melakukan panen pertama dengan jumlah 6.000 pikul gula pasir. PG colomadu mempunyai lahan perkebunan tebu kurang lebih 95 hektar yang berlokasi di sekitar pabrik gula. Dari lahan tersebut, Gula yang diproduksi bisa mencapai 3,7 ton gula dalam satu musim.
Gula pasir hasil produksi PG Colomadu dijual ke pasar lokal, dan diekspor ke Eropa, Singapura, serta Banda Neira. Keputusan Mangkunegara IV membangun pabrik ini sangat tepat. PG Colomadu mencatat keuntungan yang besar. Hasil keuntungan ini digunakan oleh KGPAA Mangkunegara IV untuk merenovasi istana, membangun sekolah rakyat, serta membuat saluran irigasi dan jalan.
Hampir Bangkrut
Saat masa kepemimpinan Mangkunegara V, Mangkunegaraan sedang mengalami kesulitan finansial. Salah satu pemicunya adalah krisis ekonomi dunia (1875-1890) dan munculnya penyakit sereh yang mengakibatkan banyak gagal panen. Akibatnya PG Colomadu mengalami kerugian besar dan tidak dapat memproduksi gula secara optimal. Mangkunegara V sampai harus meminjam uang kepada pemerintah Hindia Belanda untuk memenuhi kebutuhan finansial mangkunegaraan.
Sepeninggalan Mangkunegara V, pengelolaan PG Colomadu menjadi tanggung jawab Mangkunegara VI. Untuk meningkatkan efesiensi keuangan, Mangkunegara VI memisahkan keuangan Puro Mangkunegaraan dan unit-unit usaha yang dimiliki Mangkunegaraan.
Kemudian Mangkunegara VI juga mempekerjakan tenaga profesional (orang-orang Eropa) untuk mengelola pabrik. Untuk meningkatkan produksi, Ia juga memperbaharui mesin-mesin pabrik dan melakukan restrukturisasi pengelola pabrik gula.
PG Colomadu Berjaya Kembali
Usaha yang dilakukan oleh Mangkunegara VI membuahkan hasil. Produksi PG Colomadu setiap tahunnya meningkat dan keuntungan yang diperoleh terhitung banyak. Seiring perkembangannya, PG Colomadu dikelola dengan lebih profesional. Pada masa Mangkunegara VII dibentuk Komisi Pengelola Dana Milik Praja Mangkunegaran untuk mengelola usaha-usaha milik Mangkunegaraan dan menyusun laporan keuangan.
Keberhasilan ini juga didukung dengan pemerintah Hindia Belanda yang saat itu ingin menggenjot produksi gula untuk memenuhi permintaan pasar. Dibangunnya jaringan kereta api juga turut andil dalam peningkatan produksi gula di Jawa karena bisa melakukan distribusi dengan cepat dan murah.
Gula hasil produksi PG Colomadu diekspor ke mancanegara. Gula yang telah dikemas dalam karung-karung kemudian diangkut menggunakan kereta api ke Semarang atau Surabaya yang memiliki pelabuhan besar. Produk Gula akan diekspor ke Belanda, Amerika, Australia, Singapura, Asia dan Afrika.
PG Colomadu punya peran penting untuk Puro Mangkunegaraan. Keberadannya memberikan manfaat untuk Puro Mangkunegaraan sendiri dan untuk masyarakat. Keuntungan yang didapat digunakan oleh Mangkunegaraan untuk meningkatkan modal usaha, menggaji aparat pemerintahan di wilayah mangkunegaraan, dan kerabat kerajaan, serta membuat fasilitas umum untuk rakyat. Masyarakat yang tinggal disekitar pabrik gula juga dapat bekerja di perkebunan. Sementara yang memiliki pendidikan lebih tinggi dapat bekerja di pabrik gula.
Teman cerita, setelah membaca sejarah tentang Pabrik Gula Colomadu, makin penasaran dong buat lihat langsung pabriknya. Saat ini pabriknya sudah beralih fungsi menjadi pusat konvensi dan museum dengan nama Museum Gula Colomadu. Jadi, ketika teman cerita sedang ke Solo, jangan lupa untuk berkunjung ke sana ya!