Pencampuran kebudayaan yang saling memengaruhi sering kita sebut sebagai akulturasi budaya. Proses terjadinya akulturasi sendiri sangat panjang. Akulturasi juga memberikan beberapa dampak terhadap tatanan kehidupan masyarakat.
Nah, pada kesempatan kali ini skalacerita akan membagikan ulasan tentang akulturasi budaya untuk teman cerita. Dengan begitu kita akan memahami segala macam proses yang mengakibatkan terjadinya pencampuran budaya dalam kehidupan kita. Simak informasi selengkapnya, ya!
Pencampuran Kebudayaan yang Saling Memengaruhi
Akulturasi Budaya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi disebut sebagai akulturasi budaya. Jadi, akulturasi merupakan suatu proses sosial yang terjadi di tengah tatanan masyarakat karena suatu kelompok manusia dihadapkan dengan unsur kebudayaan asing yang masuk.
Lambat laun kebudayaan asing tersebut akan diterima dan diolah tanpa menghilangkan unsur kebudayaan dari kelompok itu sendiri. Kebudayaan tersebut ada yang diserap banyak, sebagian, atau hanya sedikit. Tergantung dari kelompok itu sendiri. Singkatnya, proses akulturasi merupakan proses adaptasi kebudayaan yang terjadi dengan tetap mempertahankan kebudayaan lama masyarakat itu sendiri.

Salah satu contoh dari akulturasi budaya adalah wayang. Wayang termasuk suatu bentuk akulturasi budaya yang mempertemukan kebudayaan Jawa dengan kebudayaan India. Tokoh pewayangan seperti halnya Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong merupakan kebudayaan Jawa yang kemudian menjadi tokoh dalam kisah Ramayana dan juga Mahabharata dari India.
Model akulturasi budaya yang semacam ini juga terjadi dalam berbagai bidang lain seperti dalam bidang seni tari, seni rupa, seni bangunan, dan lainnya.
Proses Akulturasi Budaya
Akulturasi budaya berdasarkan prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu bisa berjalan karena paksaan dan dapat berjalan damai.
Akulturasi budaya yang terjadi karena paksaan biasanya dilakukan dengan cara–cara kurang baik misalnya penjajahan bangsa asing terhadap Indonesia. Namun, proses penyesuaiannya tidak dapat bertahan lama karena akulturasi tersebut akan hilang seiring dengan hilangnya penjajah di negara jajahannya. Hal ini juga diakibatkan adanya penolakan dari masyarakat terhadap kebudayaan bangsa asing tersebut.
Akulturasi budaya dengan cara damai merupakan suatu bentuk akulturasi yang mampu bertahan lama jika dibandingkan dengan cara pertama. Proses penyesuaiannya sangat lama dan melekat erat dalam budaya masyarakat sehingga tidak dapat hilang dengan mudah. Dalam proses kedua ini, masyarakat menerimanya dengan sadar dan secara alami akan masuk ke dalam sendi kehidupan masyarakat tersebut.
Dampak Akulturasi
Akulturasi yang terjadi bisa mengakibatkan dampak positif dan juga dampak negatif pada tatanan kehidupan manusia. Dampak dari proses akulturasi sebagai berikut:
- Adisi: penambahan unsur kebudayaan lama dengan unsur kebudayaan baru sehingga nantinya akan timbul perubahan secara struktural atau nonstruktural.
- Sinkretisme: perpaduan unsur kebudayaan lama dengan unsur kebudayaan baru tanpa meninggalkan jati diri masing–masing dan membentuk suatu konsep atau sistem kebudayaan baru.
- Substitusi: unsur kebudayaan yang telah ada yang diganti oleh unsur kebudayaan baru. Dalam hal ini perubahan struktural yang kemungkinan terjadi sangatlah kecil.
- Dekulturisasi: proses tumbuhnya unsur–unsur kebudayaan yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan baru karena adanya perubahan situasi di lingkungan.
- Rejeksi: suatu tindakan penolakan yang terjadi atas perubahan sehingga sebagian besar orang tidak dapat menerima karena hal ini dapat menimbulkan pemberontakan atau suatu gerakan kebangkitan.
Teman cerita, itulah konsep pencampuran kebudayaan yang saling memengaruhi di tengah tatanan masyarakat yang kita kenal sebagai proses akulturasi budaya. Dampak positif dan negatif akibat akulturasi budaya bergantung pada penerimaan masyarakat itu sendiri. Sampai jumpa di cerita selanjutnya!