Halo, teman Cerita! Pernah dengar lagu “Halo-halo Bandung”? Dalam lagu tersebut terdapat lirik “Sekarang telah menjadi lautan api, mari Bung rebut kembali”. Kenyataannya, memang terdapat peristiwa sejarah Bandung Lautan Api. Peristiwa ini terjadi dalam rangka mengusir penjajah untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Penasaran bagaimana kisahnya? Simak selengkapnya, ya…
Pra-Bandung Lautan Api
Bandung lautan api merupakan salah satu peristiwa perjuangan yang terkenal karena pembakaran Bandung demi mendukung kemerdekaan Indonesia.
Kedatangan pihak sekutu ke Jakarta mengusik jiwa pejuang muda di Bandung. Secara spontanitas, para pejuang segera menyelenggarakan rapat akbar di Lapangan Tegalega. Di sana, mereka berikrar, membulatkan tekad, dan menentukan sikap untuk tetap mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, walaupun nyawa sebagai taruhannya.

Pada tanggal 29 November 1945, Kota Bandung terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Bandung bagian utara dan selatan dengan pembatasnya adalah rel yang membujur dari timur ke barat kota. Kala itu, sekutu menduduki Bandung Utara, sedangkan para pejuang menguasai Bandung Selatan.
Bandung Lautan Api
Pertengahan Maret 1946, pihak sekutu mengeluarkan ancaman untuk yang kesekian kalinya dengan salah satu ancaman berbunyi, “Bandung Selatan harus segera kosong, jika tidak pihak sekutu akan meledakkan bom”.
Para pejuang Bandung sangat keberatan untuk mengosongkan Kota Bandung dan memilih untuk tidak menghiraukan ancaman sekutu. Pada akhirnya, mereka mengadakan musyawarah yang berlangsung sangat singkat dan menghasilkan empat butir keputusan penting:
- Seluruh penduduk Bandung harus segera mengungsi sebelum pukul 24.00,
- Setelah penduduk mengungsi dan meninggalkan kota, semua pejuang harus membumihanguskan Kota Bandung “dengan membakar rumah dan bangunan lainnya”.
- Para pejuang bergerak ke arah utara dengan bergerilya dan melakukan penyerangan.
- Pos Komando Divisi dipindahkan ke Kulatet.
Pada tanggal 24 Maret 1946, pejuang membakar Kota Bandung sesuai dengan isi musyawarah. Membakar Bandung merupakan simbol yang bermakna bahwa mereka tidak rela menyerahkan Bandung kepada penjajah. Kota Bandung tercinta pun berkobaran api dan kobaran tersebut membuat langit Bandung memerah.

Pada saat itu ada satu moto yang mengobarkan semangat para pejuang dalam memperjuangkan kotanya dari para penjajah, “kami cinta damai, tapi kami lebih mencintai kemerdekaan.”
Monumen Bandung Lautan Api
Pemerintah memperingati peristiwa sejarah Bandung Lautan Api dengan membangun sebuah monumen yang terletak di Kawasan Lapangan Tegalega, Bandung, pada tahun 1981. Nama dari monumen ini adalah Monumen Bandung Lautan Api.

Monumen ini berbentuk kobaran api yang menyala di bagian atas dan berwarna keemasan. Warna kuning keemasan dipilih untuk menggambarkan api yang membara sebagai pengingat peristiwa Bandung Lautan Api.
Sunaryo merupakan seniman yang mendesain monumen ini. Beliau merupakan seniman kontemporer sekaligus mantan dosen seni rupa ITB. Monumen yang beliau desain ini sangatlah mencerminkan pengorbanan serta perjuangan rakyat Bandung dalam melawan penjajahan di tahun 1946.
Teman cerita, memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidak main-main, ya. Pejuang dan warga Bandung bahkan lebih memilih untuk membakar Kota Bandung daripada menyerahkannya kepada penjajah. Nah, jika kalian berkunjung ke Kota Bandung, jangan lupa untuk melipir ke Monumen ini, ya. Tidak saja kalian bisa mengabadikan momen tapi juga bisa melihat langsung monumen yang menjadi simbol dari peristiwa sejarah Bandung Lautan Api.
Baca juga: Apa Fungsi Patung Monumen bagi Kehidupan Manusia?
Referensi
- Bandung Heritage Society. 2013. Saya Pilih Mengungsi II. Bandung: Bandung Heritage Society
- R.W. Smail, John. 2011. Bandung Awal Revolusi. Jakarta: KA Bandung