Halo, teman Cerita! Letusan Gunung Tambora tercatat menjadi peristiwa penting dalam sejarah dunia yang terjadi tepat pada Bulan April tahun 1815.
Pada saat itu berdiri kerajaan Tambora dan Pekat, tentu kerajaan tersebut terdampak oleh letusan Gunung Tambora.
Mau tau sejarah letusan gunung tambora saat itu hingga keadaan gunung tambora di masa kini? Simak ceritanya berikut ini.
Sejarah Letusan Gunung Tambora
Gunung Tambora terletak di pulau Sumbawa, saat itu mempunyai ketinggian sekitar 4.300 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Gubernur Jenderal Inggris di Hindia Belanda (1811-1816), Sir Thomas Stamford Raffles, dalam catatan kakinya pada bukunya ‘The History of Java’, menceritakan peristiwa 5 April 1815.
Awalnya Raffles mendengar suara dentuman dan beranggapan bahwa itu serangan dari musuh.
Dalam catatannya juga raffles menuliskan jika suara dentuman terjadi setiap seperempat jam dan terus berlanjut hingga hari selanjutnya.
Suara tersebut dianggap sebagai meriam sehingga dikirimkan tentara dari Yogyakarta dengan perkiraan ke pos terdekat yang diserang.
Sepanjang pesisir juga dikirimkan sekoci ke dalam pencarian kapal-kapal yang mencurigakan. Ia belum menyadari bahwa dentuman tersebut merupakan suara letusan Gunung Tambora.
Letusan Gunung Tambura Terus Berlanjut
Sedangkan Di Yogyakarta, Residen Jhon Crawfurd, menemukan hal yang sama seperti Raffles, ia sangat terganggu dan gelisah.
Suara dentuman terdengar berkali-kali dan membuatnya berpikir kalau ada serangan mendadak yang dilancarkan musuh.
Sehingga dipersiapkannya bala tentara yang dikirimkan ke pos-pos militer terluar.
Pada saat yang sama juga, pada 5 April 1815, masyarakat Sumbawa mengalami kegelisahan serta kecemasan.
Hari itu letusan Gunung Tambora disertai dengan suara gemuruh, sehingga administrator masa kolonial saat itu mengutus seorang pejabatnya yang bernama Israil untuk melakukan investigasi.
Tetapi, Israel tiba di lereng Gunung, sekitar tujuh malam pada 10 April 1815 tepat saat letusan Gunung Tambora berada di titik puncak, dan ia menjadi bagian korban pertama dari letusan Gunung Tambora saat itu.
Dahsyatnya Letusan Gunung Tambora
Tepat pada 10 April 1815 Gunung Tambora meletus, letusan Gunung Tambora yang dahsyat mengakibatkan gunung tersebut terpenggal dan runtuh.
Hingga membuat kaldera berdiameter 7 km dengan kedalaman 1,1 km, sementara tinggi gunung tinggal 2.800 meter yang awalnya setinggi 4.300 meter (mdpl).

Proses ini menciptakan awan panas yang sangat luar biasa, volumenya sekitar 5,6 km kubik yang bergerak ke bawah menyapu lereng yang tersisa dan menerjang apa saja yang dilaluinya.
Kerajaan Tambora dan Pekat musnah akibat terjangan awan panas, sehingga sebagian diantaranya masuk ke pulau Flores, menciptakan tsunami dengan ketinggian awal di atas 10 meter dan kecepatan perjalanan 250 km/jam.
Tsunami ini menghajar pantai Besuki (Jawa Timur), Madura dan Maluku berselang 3 jam pasca letusan utama, gelombang tersebut menelan banyak korban.
Dampak Letusan Gunung Tambora
Letusan Gunung Tambora yang merupakan bencana alam terdahsyat pada masa itu.
Letusan ini sangat luar biasa berdasarkan alasan: letusan ini merupakan salah satu letusan gunung terbesar sepanjang ingatan manusia.
Serta letusan tersebut membawa dampak yang sangat besar dalam perkembangan sosial, ekonomi serta ekologi di seluruh dunia.
Letusan Gunung Tambora setidaknya menyebabkan kematian tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.00-12.00 orang diantara meninggal langsung akibat letusan tersebut.
Dampak paling fenomenal saat itu yang dirasakan masyarakat di belahan dunia adalah peristiwa tahun tanpa musim panas.
Perubahan iklim yang sangat drastis ini menyebabkan panen yang gagal dan kematian ternak, hal ini menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.
Letusan Gunung Tambora memberikan pemahaman pada manusia tentang hubungan antara letusan gunung dengan iklim.

Teman cerita sudah tahukan sejarah letusan Gunung Tambora dan dampak yang terjadi ketika gunung itu meletus pada tahun 1815.
Seperti yang kita ketahui Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak gunung berapi, sebaiknya kita tetap waspada terhadap letusan gunung-gunung tersebut dengan memperhatikan tanda-tanda yang diberikan.
Sumber:
Geria, I Made. (2015). Menyikapi Misteri terkuburnya Peradaban Tambora. Gadjah Mada University Press.