Akhir pekan menjelang bulan Ramadhan telah berakhir. Meskipun pandemi masih membayangi, banyak yang memanfaatkan momen ini untuk berlibur sebelum ramadhan bersama keluarga dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Bagi warga Jakarta dan sekitarnya, ada banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi, salah satunya, adalah Puncak. Kira-kira bagaimana sejarah Puncak hingga bisa menjadi destinasi wisata seramai sekarang, ya? Yuk, simak sedikit mengenai sejarah Puncak bersama Skalacerita!
Sejarah Puncak: Daerah Favorit Pelancong Kolonial
Kawasan Puncak terletak antara Bogor dan Cianjur, Jawa Barat. Dalam sejarah Puncak memiliki berbagai tempat wisata yang dapat dikunjungi, seperti Taman Safari, Telaga Warna, Kebun Raya Cibodas, dan lain-lain. Bahkan, Telaga Warna dan Kebun Raya Cibodas sudah menjadi destinasi wisata pilihan sejak masa kolonial.
Beberapa Destinasi yang Membangun Sejarah Puncak:
Telaga Warna
Destinasi pertama dalam pembahasan sejarah Puncak ini adalah Telaga Warna. Telaga Warna terletak antara Bogor dan Sindanglaya (Cianjur). Dalam Java the Wonderland (1900) menyebutkan bahwa Pemandangan indah dan udara sejuk di sekitar Telaga Warna dapat menjadi pelepas lelah wisatawan yang melakukan perjalanan via Jalan Raya Pos menuju Cianjur.
Meskipun demikian, sebelum dapat menikmati indahnya Telaga Warna membutuhkan banyak perjuangan untuk melewati jalan yang menanjak dan berkelok-kelok. Antara Bogor dan Cianjur kala itu sudah terhubung dengan Jalan Raya Pos. Jalan ini erat kaitannya dengan Herman Willem Daendels.
Titik antara Bogor – Cianjur ini merupakan salah satu yang paling berat pengerjaannya. Medan yang berat membuat pemerintah menambah jumlah tenaga kerja dan menempatkan dua orang insinyur untuk merencanakan pembangunan jalan, seperti yang ditulis dalam Ekspedisi Anyer – Panarukan: Laporan Jurnalistik Kompas (2008).

Kebun Raya Cibodas
Dalam Java the Wonderland, Kebun Raya Cibodas menjadi salah satu tempat wisata yang harus dikunjungi. Kebun Raya Cibodas erat kaitannya dengan Cinchona calisaya atau Kina, salah satu jenis tanaman yang penting di masa Hindia Belanda. Kebun Raya Cibodas didirikan pada 11 April 1852 oleh Johannes Ellias Teijsmann.
Tujuan pendirian Kebun Raya Cibodas adalah sebagai tempat aklimatisasi jenis-jenis tumbuhan asal luar negeri yang mempunyai nilai penting dan ekonomi yang tinggi, salah satunya adalah Pohon Kina yang berasal dari daerah Amerika Selatan (https://krcibodas.lipi.go.id/sejarah-kebun-raya-cibodas/).
Kebun Raya Cibodas berada di ketinggian sekitar 1.425 mdpl. Di Kebun Raya Cibodas ini pelancong juga dapat menikmati keindahan Air Terjun Cibeureum. Dari Kebun Raya Cibodas, Air Terjun Cibeureum dapat ditempuh satu jam berjalan kaki ke arah puncak Gunung Pangrango dan Gunung Gede.
Kawah Gunung Gede
Dari Air Terjun Cibeurum, jika berjalan terus ke atas, pelancong juga dapat melihat Kawah Gunung Gede. Dari Puncak Gunung Gede, pelancong juga dapat menikmati indahnya matahari terbit dengan jelas. Hal ini tertulis dalam Illustrated tourist guide to Buitenzorg, the Preanger and Central Java (1913).

Kawah Gunung Salak
Wisata lainnya adalah Kawah Gunung Salak. Illustrated tourist guide to Buitenzorg, the Preanger and Central Java juga menyebutkan bahwa untuk dapat menikmati pemandangan kawah butuh waktu hampir satu hari penuh dengan medan yang agak sulit. Dari Buitenzorg dapat menggunakan kereta api dan turun di Stasiun Cicurug. Dari stasiun perjalanan dilanjutkan menuju daerah Cidahu.
Di masa Hindia Belanda, daerah pegunungan menjadi salah satu destinasi favorit, utamanya untuk para pelancong yang berasal dari Eropa dan Amerika. Banyak catatan-catatan para pelancong tentang keindahan alam daerah pegunungan, seperti yang ditulis oleh Achmad Sunjayadi dalam Pariwisata di Hindia Belanda, 1891 – 1942 (2019).
Hampir semua dataran tinggi di Jawa saat itu direkomendasikan untuk dikunjungi oleh para pelancong. Bandung, Dataran Tinggi Dieng, dan juga Gunung Bromo merupakan beberapa tempat yang direkomendasikan.
Itulah sedikit cerita mengenai sejarah puncak dan beberapa destinasi wisatanya. Sampai sekarang daerah tersebut masih menjadi favorit masyarakat, khususnya warga Jabodetabek. Bisa kita lihat setiap akhir pekan, jalan menuju ke Puncak selalu dipadati oleh kendaraan roda empat maupun roda dua.
Baca juga: Sejarah Teh di Indonesia Berawal dari Kawasan Puncak