Sejarah Roti Buaya sebagai Lambang Kesetiaan

  • Published
  • Posted in Budaya
  • 3 mins read

Halo, Teman Cerita! Kesempatan kali ini, skala cerita akan membahas tentang sejarah roti buaya. Roti ini menjadi lambang kesetiaan di dalam masyarakat Betawi. Ya, Roti Buaya biasanya hadir dan menjadi seserahan wajib dalam lamaran dan pernikahan dalam masyarakat Betawi.

Yuk, simak cerita lengkap dari buaya yang bukan buaya darat ini, ya, teman …

Roti Buaya (Sumber: Kulineria.id)

Baca juga: Inilah 50 makanan khas Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang wajib kamu coba!

Buaya bagi Masyarakat Betawi

Pernah ada kepercayaan dalam masyarakat Betawi bahwa buaya merupakan jelmaan siluman. Masyarakat percaya kalau buaya-buaya siluman ini adalah pemelihara atau penunggu sebuah entuk. Dalam bahasa Betawi kuno, entuk berarti sumber mata air.

Buaya (Sumber : natgeotv.com)

Pada zaman dahulu, jika ada kegiatan masyarakat yang merusak kebersihan, keasrian, dan keindahan entuk tersebut, mereka akan mendapatkan sanksi. Membersihkan entuk adalah salah satu sanksi bagi yang melanggar

Buaya yang dengan setia menunggu mata air sumber simbol kehidupan masyarakat Betawi menjadi alasan mengapa hewan ini dijadikan simbol kesetiaan. Simbol buaya nantinya hadir dalam acara pernikahan sebagai seserahan melalui media yang dibentuk menyerupai buaya dari pihak pria terhadap calon wanitanya.

Baca juga: Rekomendasi kuliner legendaris Jakarta yang wajib masuk wishlist kamu!

Sejarah Roti Buaya

Seiring berkembangnya zaman, masyarakat Betawi menggunakan roti berwujud buaya untuk menunjukkan rasa setianya kepada pasangan. Mulanya, masyarakat Betawi menggunakan kayu, daun kelapa, atau semacamnya sebagai untuk membuat simbol buaya. Simbol buaya tersebut dipajang di depan rumah yang menandakan bahwa si wanita sudah dinikahi oleh pria lain.

Roti buaya sendiri baru muncul pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Mereka membawa alat pembuat roti. Sejak saat itulah, masyarakat Betawi membuat roti berbentuk buaya dan menjadikan roti tersebut sebagai seserahan.

Hanya ada rasa tawar pada roti buaya awalnya. Namun, seiring majunya teknologi pembuatan roti, masyarakat Betawi dapat menciptakan roti buaya dengan beragam jenis rasa. Biasanya juga, masyarakat Betawi akan membuat sepasang roti buaya, tidak hanya satu roti buaya saja, loh!

Seserahan Roti Buaya (Sumber: pesanrotibuaya.com)

Baca juga: Merasakan sentuhan klasik pada roti Tan Ek Tjoan yang legendaris!

Buaya lambang kesetiaan

Roti buaya ini menempati posisi terpenting dari semua barang seserahan, loh, Teman Cerita. Bahkan, dalam pernikahan adat Betawi keberadaan roti buaya hukumnya wajib dan memiliki makna tersendiri. Masyarakat Betawi mengungkapan janji dan kesetiaannya kepada pasangan yang menikah untuk sehidup semati melalui media roti buaya ini.

Baca juga: Inilah makanan lebaran khas Betawi yang unik!

Konon, pembuatan roti buaya ini terinspirasi dari perilaku buaya yang hanya berjodoh sekali dalam sepanjang hidupnya. Hal ini membuat masyarakat Betawi meyakini hal tersebut dan diturunkan secara menurun.

Selain terinspirasi dari perilaku buaya, simbol kesetiaan yang diwujudkan dalam sebuah makanan berbentuk roti juga memiliki makna khusus. Ada keyakinan di masyarakat Betawi bahwa roti melambangkan kemapanan ekonomi dengan maksud saling setia dan pasangan memiliki masa depan yang lebih baik serta dapat hidup mapan.

Nah teman cerita, segitu dulu cerita tentang sejarah roti buaya. Ternyata buaya dapat menjadi simbol kesetiaan dalam masyarakat Betawi. Sungguh menarik, ya. Ungkapan buaya darat sungguh berbeda dengan makna yang ada pada roti buaya. Kalian yang ingin melihat dan merasakan langsung roti buaya juga bisa langsung memesannya di toko-toko roti. Serbu!!!

Baca juga: Sejarah Ondel-Ondel, Kebudayaan Betawi yang Tak Pernah Pudar oleh Zaman