You are currently viewing Tsen On Ngie: Tabib Cina yang Mujarab

Tsen On Ngie: Tabib Cina yang Mujarab

Pandemi Covid-19 di Indonesia sampai saat ini belum menunjukkan adanya penurunan jumlah kasus. Bahkan di beberapa wilayah kondisinya semakin parah, salah satunya di Pulau Bangka. Tahukah kamu, bahwa jauh sebelum pandemi Covid-19 melanda, Pulau Bangka pernah mengalami epidemi pada masa Hindia-Belanda

Pulau Bangka terkenal dengan hasil timahnya yang menguntungkan. Pada masa Hindia Belanda, pertambangan timah dilakukan dengan menggali tanah hingga membentuk parit-parit pertambangan timah.

Kondisi parit timah yang kotor membuat banyak pekerja tambang timah terjangkit berbagai jenis penyakit seperti demam Bangka, cacar, disentri, kolera, lepra, beri-beri dan lain sebagainya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Namun penyakit tersebut tetap melanda hingga menelan banyak korban jiwa.

Puncak mewabahnya penyakit di Pulau Bangka terjadi ketika epidemi beri-beri yang dikonfirmasi pertama kali pada 1850-an. Penyakit tersebut menyebar dengan sangat cepat dan langsung menurunkan produktivitas para pekerja. Selain mengandalkan solusi dari pemerintah, pekerja tambang yang mayoritas beretnis Tionghoa itu juga banyak yang melakukan pengobatan-pengobatan tradisional.

Tersebutlah seorang tabib yang terkenal dari Sungaiselan, Tsen On Ngie namanya, atau yang juga dikenal sebagai Zeng Aner. Pria kelahiran Chung Pin, Tiongkok pada tahun 1795 itu memulai karirnya sebagai tabib yang menaruh perhatian pada kesehatan para pekerja tambang asal Tiongkok serta para orang tua.

Tsen On Ngie yang Teladan

Tsen On Ngie merupakan seorang Katolik yang taat. Beliau datang ke Sungaiselan, Bangka pada tahun 1830 dari Penang, Malaysia, tempat ia dibaptiskan. Beliau memulai karirnya sebagai tabib atau shinse sejak tahun 1849, dengan berkeliling Pulau Bangka, mengobati orang-orang yang sakit, terutama para pekerja tambang dan orang-orang tua.

Kepribadian yang teduh dari sosok Tsen On Ngie rupanya banyak menginspirasi para pasiennya. Banyak pasien Tsen On Ngie yang akhirnya belajar agama dari beliau. Di bawah bimbingannya, terbentuklah komunitas Katolik pertama di Sungaiselan. Komunitas tersebut terdiri dari 50 orang yang dibaptiskan di bawah Vikariat Apostolik Betawi oleh Pastor Claessens dari Batavia pada tahun 1849.

Ketenaran Tsen On Ngie kini tak hanya sebagai seorang tabib, namun juga sebagai guru agama. Pada tahun 1853, ia dipercaya untuk mendampingi Pastor Langenhoff sebagai Katekis atau guru agama. Dari situlah Tsen On Ngie mendapat kesempatan untuk menyebarkan agama Katolik, tak hanya di Pulau Bangka, namun juga Belitung, Palembang, Riau, hingga Kalimantan Barat.

Jasa Tsen On Ngie dalam Tinggalan Arkeologi

Hingga kini, Tsen On Ngie dipandang sebagai pendiri misi di Pulau Bangka. Jasanya sangat besar, tak hanya sebagai penyembuh (tabib) namun juga sebagai penyebar agama Katolik. Beberapa jejak jasa Tsen On Ngie dapat kita lihat di Pangkalpinang, diantaranya Gereja Katedral Santo Yosef serta makam Tsen On Ngie di Pekuburan Sentosa Pangkalpinang.

Gereja Katedral Santo Yosef Pangkalpinang
Gereja Katedral Santo Yosef Sumber: infobangka.com

Gereja Katedral Santo Yosef kini masih digunakan sebagai tempat ibadah umat Katolik di Pangkalpinang. Makam Tsen On Ngie juga rutin diziarahi oleh para umat Katolik yang sangat menghormati jasanya. Bagaimanapun, Tsen On Ngie yang meninggal pada 14 September 1871 itu merupakan bagian dari sejarah Keuskupan Pulau Bangka. Beliau merupakan tokoh yang sangat berpengaruh bagi masyarakat Katolik Bangka.

Gerbang Pekuburan Sentosa Pangkalpinang
Gapura Pekuburan Sentosa Pangkalpinang Sumber: Indonesiakaya.com

Begitulah sedikit kisah mengenai seorang tabib yang sangat berjasa bagi perkembangan agama yang dianutnya. Perhatian Tsen On Ngie terhadap kesehatan, orang tua, serta sistem religi yang dianut orang-orang di sekitarnya tak membuatnya gentar untuk berkarya sebagai penyembuh serta penyebar agama Katolik di wilayahnya. Bagaimana denganmu? Apa yang sudah kamu teladani dari tokoh Tsen On Ngie?

Referensi

Elvian, Akhmad. 2016. Kampoeng di Bangka Jilid I. Pangkalpinang: Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota.

Ide Nada

Ide Nada adalah seorang lulusan arkeologi yang memiliki ketertarikan dengan langit dan kebudayaan

This Post Has One Comment

Tinggalkan Balasan