Halo, teman cerita! Momen yang ditunggu setelah melewati satu bulan penuh dalam berpuasa yaitu perayaan lebaran. Dalam merayakan lebaran, setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki tradisi-tradisi hari raya lebaran yang unik. Salah satunya, adalah Bali. Tradisi lebaran di Bali memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri untuk kita ketahui.

Mayoritas penduduk di Pulau Bali beragama Hindu dan terkenal dengan toleransi dan keberagaman. Bagi umat muslim di Bali, penyambutan perayaan lebaran dibuat sangat semarak seperti berkeliling di perkampungan muslim di Bali, seperti di desa kepaon, Pengayaman, Kota Denpasar hingga Buleleng.
Umat muslim di Bali memiliki tradisi sebagai ekspresi penyambutan hari raya lebaran yang diwariskan oleh pendahulu secara turun-temurun. penasaran Bukan? Yuk, melihat bagaimana tradisi Lebaran di Bali berlangsung melalui ulasan singkatnya Skala Cerita ya …
Tradisi Ngejot dan Tradisi Pengayaman, Dua Tradisi Lebaran di Bali
Salah satu tradisi lebaran di Bali bernama “ngejot” yang sudah dilakukan secara turun menurun. Ngejot diartikan sebagai memberikan “sesuatu” kepada orang lain di saat hari raya lebaran. Biasanya yang diberikan umat muslim di Bali berupa makanan ataupun hidangan yang mereka buat dan diberikan kepada warga sekitar.

Hal yang menarik hidangan tersebut diberikan ke tetangga dengan tidak memandang agama apa yang dipeluknya. Tradisi ini dapat dimaknai dan menunjukan rasa toleransi antar umat beragama, ini sudah terjadi sejak masa kerajaan loh dan hampir ditemukan di sebagian wilayah di Bali.
Umat Hindu di Bali pun akan membalas pemberian umat muslim pada hari raya Galungan, yang merupakan hari besar umat Hindu yang memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (keburukan). oh iya, tradisi ngejot ini juga ada pada saat perayaan hari raya idul Adha loh, tentunya yang dibagikan berupa daging kambing atau kerbau, bukan sapi!
Selain Tradisi Ngejot, terdapat tradisi lain di bali untuk merayakan hari raya lebaran, yaitu tradisi Pengayaman. Tradisi Pengayaman dapat dilihat dari namanya yang merupakan nama suatu daerah di Bali. Tradisi ini dilakukan oleh warga muslim di Desa Pegayaman yang terletak di kabupaten Buleleng, Bali.
Tradisi ini dilakukan pada setiap tahun pada tiga hari menjelang lebaran. Dalam tiga hari tersebut terdapat tiga proses tradisi yaitu Penapean (membuat tape), Penyajaan (membuat jaje uli, dan penampahan. Terdapat penyajian lain selain jaje uli, bisanya dodol atau jajanan lainnya. Urutan dalam tradisi ini juga tidak baku atau bisa berubah. Biasanya tradisi ini dilakukan ibu-ibu disalah satu rumah.
Oh iya tradisi pengayaman ini sebenarnya sangat mirip dengan prosesi umat Hindu di Bali di Bali dalam merayakan hari raya Galungan loh!
Nah teman cerita, sudah tahu kan ragam tradisi lebaran di Bali apa saja. Sesungguhnya keberagaman dan kerukunan tentu dapat terjadi dimana saja, hal ini dapat menciptakan situasi toleransi yang sangat damai. Pada hakikatnya budaya dapat berubah, berbaur ataupun membentuk budaya baru loh teman cerita!