Teman cerita yang hobi berwisata, wilayah Pecinan Toboali bisa jadi salah satu destinasi yang seru loh buat dikunjungi! Terletak di Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Toboali merupakan ibu kota kabupaten Bangka Selatan.
Ada banyak destinasi wisata yang ditawarkan oleh Toboali. Mulai dari wisata alam seperti wisata Batu Belimbing, Pantai Nek Aji, Pantai Batu Perahu, hingga wisata sejarah seperti Benteng Toboali, Gedung Nasional, juga kawasan Pecinan Toboali.
Kawasan Pecinan Toboali
Kawasan Pecinan Toboali terletak persis di tepi laut di sebelah timur laut Benteng Toboali. Pada peta buatan Belanda tahun 1934, kawasan ini ditandai dengan nama “Laoet” atau Kampoeng Laoet. Kawasan ini menyuguhkan bangunan-bangunan tua yang khas dan otentik. Keaslian dari bangunan tersebut memang masih dijaga karena menjadi bukti kehadiran orang-orang Tionghoa di Toboali.
Bangunan-bangunan tua yang terdapat di kawasan Pecinan Toboali sebagian besar merupakan rumah tinggal. Salah satunya adalah eks rumah Mayor Tionghoa. Adapun jabatan Mayor pada masa lalu diberikan oleh pemerintah kepada seorang petinggi kelompok masyarakat, yang dalam hal ini adalah kelompok masyarakat Tionghoa.
Selain rumah-rumah tinggal, ada pula bangunan kelenteng yang merupakan kelenteng tertua di Toboali. Kelenteng tersebut dinamakan Kelenteng Dewi Sin Mu. Kelenteng ini diperkirakan sudah ada pada tahun 1862, berdasarkan angka tahun yang tertera pada lonceng yang ada di kelenteng.
Masyarakat Tionghoa percaya bahwa Dewi Sin Mu merupakan dewi yang mengendalikan laut. Adanya kelenteng untuk menyembah dewi laut ini sangat berkaitan erat dengan letak kawasan tempat tinggal mereka yang berada di pinggir laut. Hubungan ini terkait dengan feng shui dan bangunan.
Bagian dari sejarah penaklukan Belanda
Sejarah menyatakan bahwa pada masa kolonial Belanda, orang-orang Tionghoa banyak didatangkan untuk berbagai keperluan. Di Toboali, orang-orang Tionghoa dipekerjakan sebagai buruh pertambangan timah.
Pemilihan orang Tionghoa sebagai buruh tambang bukan tanpa sengaja. Orang-orang Tionghoa kala itu sudah memiliki keahlian yang lebih tinggi dalam menambang timah. Hal ini tentu dapat meningkatkan jumlah dan kualitas timah yang dihasilkan.
Hubungan antara pihak Belanda dengan masyarakat Tionghoa di Toboali kala itu bagaikan majikan dan buruh. Masyarakat Tionghoa diberi kewajiban untuk menambang timah sesuai aturan yang diberlakukan pihak Belanda. Jika tidak menaati aturan, ada hukuman yang akan diterima sebagai konsekuensinya.
Masyarakat Tionghoa di Toboali kala itu harus bekerja terus-terusan di parit-parit timah yang kotor demi bertahan hidup. Jika ingin kembali ke negara asalnya pun mereka dipersulit. Mereka harus memiliki surat keterangan pemberhentian resmi dari pihak Belanda, yang baru bisa didapatkan dua tahun setelah habis masa kontrak kerjanya. Jika tidak, mereka akan diancam mendapat hukuman karena dianggap sebagai seorang pelarian.
Keberadaan Benteng Toboali juga menjadi salah satu “pengikat” mereka. Benteng Toboali yang terletak di atas bukit dapat menjangkau seluruh penjuru distrik Toboali, termasuk wilayah pecinan. Keberadaan benteng ini bagaikan sebuah CCTV raksasa yang secara tidak langsung berfungsi sebagai sarana pengawasan dan pendisiplinan.
Ibaratnya gini, kamu mau ngelakuin suatu kejahatan, tapi karena kamu tau ada CCTV, kamu gak jadi ngelakuinnya deh… takut ketauan! Begitu kira-kira analogi masyarakat Tionghoa yang tinggal di wilayah Pecinan Toboali pada kala itu.
Wisata Pecinan Toboali
Akses menuju kawasan Pecinan Toboali dapat dilalui lewat jalur darat. Dari bandar udara Depati Amir Pangkalpinang, perjalanan ke kawasan Pecinan Toboali dapat ditempuh sekitar dua sampai tiga jam. Sudah ada fasilitas angkutan umum dan homestay yang dapat kamu gunakan selama di sana.
Apabila kamu tertarik untuk mengunjungi kawasan Pecinan Toboali, berikut rekomendasi kegiatan yang bisa kamu lakukan.
Mengunjungi Kelenteng Dewi Sin Mu dan Eks Rumah Mayor Tionghoa
Seperti yang sudah disebutkan di atas, kedua bangunan ini merupakan bangunan penting saksi bisu sejarah dari masa lampau. Namun demikian, karena kedua bangunan ini masih digunakan hingga sekarang, pastikan kamu mendapat izin jika ingin masuk ya!
Baca juga: Mengenal Tsen On Ngie, Tabib Cina yang Terkenal di Pulau Bangka
Berfoto di Tembok Mural
Rangkaian event nasional Toboali City on Fire (TCoF) Season 2 melangsungkan Festival Mural di kawasan Pecinan Toboali. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 28-30 Juli 2017 itu menghadirkan sejumlah peserta untuk berlomba dalam pembuatan karya mural di kawasan ini. Mural-mural tersebut menambah daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pecinan Toboali.
Datang saat Perayaan Tahun Baru Imlek
Hari besar Imlek merupakan momentum yang pas jika kamu ingin berkunjung ke kawasan Pecinan Toboali. Kamu akan disuguhkan oleh tradisi perayaan imlek seperti pertunjukan barongsai dan ritual lainnya dari pagi hingga malam.
Datang saat Ritual Rebut
Ritual Rebut atau Sembahyang Rebut merupakan tradisi masyarakat Tionghoa yang dilaksanakan setiap tanggal lima belas bulan tujuh tahun imlek. Pada ritual ini, masyarakat Tionghoa akan membuat patung dewa akhirat dengan ukuran yang sangat besar, dan memberikan sajian yang akan diperebutkan selesai berdoa.
Itulah salah satu destinasi wisata di Toboali yang bisa kamu kunjungi. Tertarik untuk datang?
Baca juga: Parade Tatung, Tradisi Cap Go Meh di Singkawang yang Memukau